Laporan Geomorfologi


LAPORAN OBSERVASI GEOMORFOLOGI
(Mata Ie dan Babah Dua)

Disusun Oleh :

Rizcha Tasliya




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2012







BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
          Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-benda alam yang kita kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan angin. Termasuk di dalam golongan geomorphic agent air ialah air permukaan, air bawah tanah, glasier, gelombang, arus, dan air hujan.
            Angin terutama mengambil peranan yang penting di tempat-tempat terbuka seperti di padang pasir atau di tepi pantai. Kedua penyebab ini dibantu dengan adanya gaya berat, dan kesemuanya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap roman muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga asal luar (eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai lawan dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi. Tenaga asal luar pada umumnya bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal dalam sebagai pembentuk. Kedua tenaga ini pun bekerja bersama-sama dalam mengubah bentuk roman muka bumi ini seperti yang terjadi di bentang alam karst.
            Bentang alam karst terbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air dan membentuk lubang-lubang.Bentangalam ini terutama terjadi pada wilayah yang tersusun oleh batugamping lemah.Daerah-daerah yang lemah karena retakan berkembang menjadi doline dan akhirnya satu doline menyambung dengan doline lainnya sehingga terbentuk sisa-sisa berupa bentuk kerucut (conical hills, pepino hills (Puerto Rico), hums, mogotes (Cuba).

tujuan
     1.2 Tujuan

§         Mata Ie
                 Melihat lubang yang ada pada gunung tersebut yang berjenis Doline dan menganalisi proses terjadinya doline di daerah mata ie.

§         Babah Dua
                  Melihat proses pelapukan dan mengukur kemiringan lereng di daerah babah dua


1.3 Metodologi Penelitian
      Penelitian yang dilakakukan di kawasan mata ie dan babah dua dengan cara metode primer, artinya mahasiswa terjun secara langsung objek-objek yang akan di pelajari dan  menganalisis langsung dengan mengunakan alat-alat.









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
            Geomorfologi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang lebih kurang dapat diartikan “perubahan-perubahan pada bentuk muka bumi”. Akan tetapi secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam, yaitu meliputi bentuk-bentuk umum roman muka bumi serta perubahanperubahan yang terjadi sepanjang evolusinya dan hubungannya dengan keadaan struktur di bawahnya, serta sejarah perubahan geologi yang diperlihatkan atau tergambar pada bentuk permukaan itu (American Geological Institute, 1973). Dalam bahasa Indonesia banyak orang memakai kata bentang alam. sebagai terjemahan geomorfologi, sehingga kata geomorfologi sebagai ilmu dapat diterjemahkan menjadi Ilmu Bentang alam yang salah satunya adalah karst.
            Bentangalam karst termasuk bentuk bentangalam yang penting, dan banyak pula ditemukan di Indonesia. Bentuk ini sangat erat berhubungan dengan batuan endapan yang mudah melarut. Oleh karena itu dengan mengetahui bentuk bentangalamnya, pada umumnya orang dapat mengetahui jenis batuannya, terutama juga oleh karena bentuk bentang alam karst sangat karakteristik dan mempunyai tanda-tanda yang mudah dikenal baik di lapangan, pada peta topografi maupun pada potret udara dan citra satelit.
            Bentangalam ini terutama memperlihatkan lubang-lubang, membulat atau memanjang, gua-gua dan bukit-bukit yang berbentuk kerucut. Di dunia, daerah yang ditutupi bentangalam karst tersebar di PerancisSelatan, Spanyol Utara, Belgia, Yunani, Jamaika, beberapa negara Amerika Selatan, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat (Tenesse, Indiana, Kentucky). Sebenarnya kata karst berasal dari nama suatu pegunungan di Yugoslavia yang berbentangalam spesifik ini.Di Indonesia bentangalam karst dapat ditemukan di beberapa daerah di pulau Jawa, yaitu Jampang di Selatan Jawa Barat, pegunungan Sewu di Kulon Progo Jawa Tengah, daerah perbukitan Rembang di Jawa Timur, dan beberapa daerah di Sulawesi Tengah. Di Irian Barat bentangalam karst ditemukan di Kepala Burung pada formasi Klasafet, sedangkan di Sumatera ditemukan, terutama di Sumatera Selatan dan Aceh.

2.1.1  Terjadinya bentuk bentangalam karst
            Bentangalam karst terbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air dan membentuk lubang-lubang. Bentangalam ini terutama terjadi pada wilayah yang tersusun oleh batu gamping yang mudah larut, dan batuan dolomit atau gamping dolomitan. Akibat pelarutan yang memegang peranan utama, maka air sangat
penting artinya. Bentangalam karst biasanya berkembang di daerah yang mempunyai curah hujan cukup.
            Di samping itu, pelarutan maksimum dapat terjadi bila air tidak mencapai jenuh akan karbonat. Air yang mengandung CO2 (gas) akan lebih mudah melarutkan batugamping. Di bawah ini diperlihatkan reaksi kimia yang menghasilkan pelarutan tersebut.
H2O + CO2 -><- H2CO3
2H2CO3 + CaCO3 -><-Ca(HCO3)2 + H2
(larut) (gas)
Gambar 2.1.1 Reaksi kimia dan keseimbangannya pada proses pelarutan batugamping
            Bila Ca(HCO3)2 terkena udara kembali maka berarti ada penambahan H2 dari udara, oleh karena itu keseimbangan reaksi akan bergerak ke kiri dan akan terbentuk kembali CaCO3 yang mengendap. Reaksi tersebut kemudian menerangkan terbentuknya stalaktit dan stalakmit yang dikenal dalam gua-gua di daerah kapur. Oleh karena itu, syarat penting untuk terbentuknya kedua jenis endapan ini ialah adanya persediaan H2 secara terus-menerus yang dapat diperoleh apabila udara dapat mengalir di dalam gua itu. Udara yang segar selalu menggantikan udara yang berada di dalam gua.

2.1.2 Karakteristik bentangalam karst
            Gejala-gejala yang khas sebagai karakteristik bentangalam karst diantaranya adalah terra rossa, lapies,sinkholes, dll (Thornbury, 1969). Berikut ini pembahasan secara umum karakteristik tersebut.
a. Terra rossa dan lapies
Bila batugamping sudah terlarut biasanya akan meninggalkan bagian-bagian yang tidak dapat larut dalam
air, oleh karena itu akan terbentuk persenyawaan karbonat. Pada umumnya sisa-sisa ini berkomposisi besi, berwarna merah atau merah coklat.





Gambar 2.1.2.a.a Terra rossa di bagian atas batugamping, beberapa kekar tampak makin melebar akibat proses pelarutan (Thornbury, 1969).

            Sisa yang masih mengandung banyak karbonat biasanya berwarna hitam atau merupakan pelapukan batugamping. Bila batuan terlarut tidak meninggalkan sisa-sisa, maka daerah itu tidak mempunyai tanah penutup dan menghasilkan bentuk permukaan yang kasar dan kadang-kadang memperlihatkan garis-garis bekas pelarutan dinamakan lapies.















Gambar 2.1.2.a b. Kenampakan lapies di dekat Mitchell, Indiana, USA (Thornbury, 1969).

b. Lubang tenggelam (sinkholes), doline, uvala, gua, stalaktit dan stalakmit.
            Pelarutan pada umumnya berlangsung di daerah-daerah yang lunak, terutama pada perlapisan, sepanjang retakan dan pada perpotongan retakan-retakan. Lubang ini kemudian membesar di bagian bawah akibat air terkumpul di sini, dan pada suatu ketika bagian atas batuan akan runtuh sehingga terbentuk lubang yang besar dan terbuka. Lubang ini dinamakan doline (berasal dari Bahasa Serbia “dolines”) bila bentuknya membulat atau uvala bila bentuknya memanjang. Tempat sungai masuk ke dalam tanah sebelum menjadi sungai bawah tanah dinamakan lubang tenggelam (sinkholes), atau lubang masuk. Pada akhirnya sungai bawah tanah ini akan muncul kembali dan dinamakan mata air atau sumber air (spring) atau pemunculan (rise). Tempat pemunculan ini sangat penting dan sering dipakai sebagai sumber pengairan. Kadang-kadang tidak terlihat adanya lubang masuk yang menghasilkan sungai bawah tanah ini. Air terkumpul dari banyak tempat peresapan melalui celah-celah. Bila pada suatu waktu air tidak ada lagi maka terbentuklah terowongan-terowongan bekas sungai dan gua-gua. Gua dapat juga terbentuk oleh karena doline yang runtuh dan membentuk rongga. Di dalam gua ini, jika persyaratan memenuhi seperti diuraikan di muka, akan terbentuk stalactites, tiang-tiang karbonat yang terbentuk di bagian atap gua, dan stalagmites yang tumbuh di bagian lantai gua.
F:\DATA RIA\3y futu\observasi geomorfologi 2011\IMG_2148.JPG








Gambar 2.1.2.b. Doline di daerah Mate Ie


c. Bukit kerucut (conical hills)
            Sisa-sisa erosi dan daerah yang belum terlarut karena letaknya di bagian yang keras, misalkan relatif tidak retak dan tidak berlapis serta kompak, akan membentuk bukit-bukit seperti kerucut. Daerah-daerah yang lemah karena retakan berkembang menjadi doline dan akhirnya satu doline menyambung dengan doline lainnya sehingga terbentuk sisa-sisa berupa bentuk kerucut (conical hills, pepino hills (Puerto Rico), hums, mogotes (Cuba)). Bentuk ini merupakan bentuk yang paling mantap dan tahan terhadap pelarutan dan erosi. Letak bukit kerucut biasanya teratur karena letak retakan yang dilarutkan pun biasanya teratur pula. dalam suatu sistem peretakan. Dari letak bukit-bukit ini biasanya dapat dianalisis sistem retakan di suatu daerah karst dan kemudian untuk mengetahui arah tekanan atau gaya-gaya yang berpengaruh di daerah tersebut. Pada peta topografi, potret udara atau citra satelit dengan mudah bukit-bukit ini dikenali, terutama karena ketinggiannya yang cukup memadai sehingga tampak pada peta berskala 1:25.000 bahkan 1:100.000. Di Indonesia bukit-bukit ini mempunyai tinggi berkisar antara 3 sampai beberapa puluh meter.

            Potensi ekonomi di wilayah karst diantaranya endapan fosfat, terra rossa, dan bahan bangunan. Di gua-gua sering terdapat onggokan fosfat hasil reaksi kimia antara kotoran burung penghuni gua dengan karbonat. Endapan ini dapat dipakai untuk bahan pupuk. Terra rosa yang mengandung kadar besi tinggi ditambang kandungan bijih besinya. Dewasa ini masih dipersoalkan untuk pengambilan aluminium yang mungkin dikandung terra rossa dalam jumlah amat sedikit. Bentangalam karst terbentuk di daerah batugamping, oleh karena itu bahan bangunan batugamping mudah diperoleh baik untuk industri kecil (pembakaran batugamping) ataupun bahan semen. Patut diperhatikan kemungkinan adanya gua-gua yang sangat memegang peranan dalam perhitungan jumlah cadangan. Gua ini kadang-kadang tidak tampak di permukaan dan menyebabkan kesalahan perhitungan jumlah cadangan. Perencanaan tataletak bangunan, jalan, ataupun waduk harus memperhatikan kemungkinan adanya retak-retak yang mempermudah pelarutan batu gamping ataupun adanya gua-gua yang dapat menggangu fondasi.

2.2 Mata Ie
2.2.1 Pengertian
            Daerah Mata Ie Banda Aceh merupakan daerah dataran tinggi yang ketinggiannya mencapai 300 m dari permukaan laut. Dari beberapa hasil pengamatan kandungan tanah di daerah mata ie,banda Aceh merupakan daerah yang mengandung batu kapur.adapun pengamatan yang dilakukan berupa penetesan zat kimia (HCl) pada beberapa sample tanah dan bebatuan.dari tanah dan batuan tersebut mengeluarkan buih yang menandakan tanah mengandung batuan kapur. Oleh karena itu dapat disimpulkan pada jutaan tahun silam daerah Mata Ie adalah daerah lautan dan di Gunung yang ada di Mata Ie adalah sebuah lubang yang kedalamannya labih dari 10 m ( sekitar 16,20 m). Lubang tersebut termasuk Jenis “Doline”. Gunung Mata Ie (Darul Imarah) Merupakan hasil dari patahan lalu pengangkatan.

2.2.2 Praktikum
Hari dan Tanggal   : Rabu,06 Juni 2012
Tujuan                   : Melihat jenis batuan dan lubang yang ada di daerah Mata Ie (gunung)
Alat dan Bahan                  : Meteran dan larutan HCL                 
Cara Kerja             : Untuk Melihat Jenis batuan
·               Ambil sedikit cairan HCl, Teteskan HCL ke batu sampel.
·               Jika hasilnya Berbuih maka jenis batu kapur.
                              Untuk mengukur lubang
·         Ambil meteran lalu jatuhkan kebawah (kedalam lubang)

Hasil                      : dari pengamatan kami, lubang yang terbentuk itu merupakan                        jenis doline dan jenis batuan kapur
Kesimpulan           : dari hasil yang diperoleh yang dapat kami simpulkan bahwa             daerah Mata Ie itu dulunya merupakan lautan dan kemudian            terjadi proses endongen terjadilah daratan
2.3 Babah Dua
           Bentuk lahan marin yang berasal dari pasir yang mengalami pelapukan dari batu yang jatuh yang disebut terbentuk karena angin membentuk bukit pasir,termasuk batuan kapur dan kemiringan lereng 24,90 meter

2.3.2 Praktikum
Hari dan Tanggal   : Rabu,06 Juni 2012
Tujuan                   : Melihat jenis batuan dan kemeringan lereng
Alat dan Bahan                  : Meteran,Kayu dan Cairan HCl                      
Cara Kerja             : Untuk Menguji batuan
·               Ambil sedikit cairan HCl, Teteskan HCL ke batu sampel.
·               Jika hasilnya Berbuih maka jenis batu kapur
       

 Untuk mengukur kemiringan lereng
·               Tancapkan kayu ke pasir lalu sisipkan kayu pada bidang dasar dan bidang miring kayu sehingga membentuk sudut siku-siku.
·               Ukurlah Sisi-sisi pada kayu tersebut dengan mengunakan meteran.

Hasil                   :  Jenis Batuan di Babah dua merupakan batuan kapur dan kemiringan lereng tidak landai.
Kesimpulan       : Daerah Babah dari hasil tenaga endogen dan eksogen dan jenis           batuanya kapur

















Berikut beberapa data yang peroleh pada saat melakukan observasi di daerah Babah Dua
-                                                                                                                       


               
                               
                              

                            





                                   

              
                               


                             







BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
§         Dari observasi yang kami lakukan yang dapat disumpulkan bahwa batuan yang ada di daerah Mata Ie dan Babah Dua terbentuk dari hasil pengangkatan dan jenis batuan kapur.
§         Pelarutan pada umumnya berlangsung di daerah-daerah yang lunak, terutama pada perlapisan, sepanjang retakan dan pada perpotongan retakan-retakan. Lubang ini kemudian membesar di bagian bawah akibat air terkumpul di sini, dan pada suatu ketika bagian atas batuan akan runtuh sehingga terbentuk lubang yang besar dan terbuka. Lubang ini dinamakan doline dan Torehan air dan es adalah faktor utama yang memperlebar zona lemah di lapisan batu gamping, sehingga terbentuk gua-gua yang ada di babah dua. Potensi ekonomi di wilayah karst diantaranya endapan fosfat, terra rossa, dan bahan bangunan. Di Bentangalam karst terbentuk di daerah batugamping, oleh karena itu bahan bangunan batugamping mudah diperoleh baik untuk industri kecil (pembakaran batu gamping) ataupun bahan semen di Babah Dua dan di kawasan doline mata ie terdapat sumber mata air yang indah yang dapat dijadikan objek wisata.









DAFTAR PUSTAKA

Buku Diktat Geomorfologi fkip geografi 2011
(diakses pada 9 juni 2012)
(diakses pada 9 juni 2012)






                        




Categories: Share

Leave a Reply

My Blog List

R_Tasliya. Powered by Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Search This Blog